Selasa, 16 Juli 2019

Pilihan Hati

Malam semakin larut, dan rindu semakin berdebar. Mengenang setiap detik yang bercerita tentang kita. Mengenang setiap sudut kota yang menjadi pijakan temu, antara kamu dan aku. Mengingat masa sekolah yang menjadi saksi kelucuan rasa. Mati rasa tatkala berjumpa, beku. Biasa saja, katamu. Namun sungguh saat itu kutak bisa. Dan mungkin hingga kini.

Seorang gadis delapan belas tahun yang sedang menghabiskan waktu malamnya untuk mengenang, dan mencinta.  Berusaha selalu ada walau tak selalu disisi. Berusaha menemani walau terpaut jarak. Mendo'akan segala kebaikan untukmu. Lelaki yang sering ia jumpai setelah dhuha dimasjid sekolah. Namun kini tak ada temu seperti saat itu. Memelukmu dalam doa mungkin adalah cukup. Menyampaikan segala rasa dan rindu melalui tulisan adalah obat terbaik tatkala rindu bergejolak.

Beginilah cinta bekerja. Tak tahu waktu tak tahu aturan. Ia pikir mudah memendam rasa sendiri. Mencintai seseorang yang telah menitipkan hati pada hati lain. Berusaha menghapus lara sendiri. Ia tak pernah tahu, dan tak akan mau tahu.

Dengarkan aku sebentar saja.
Kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan beri.
Betapa kehadiranmu telah merubah hidup seorang wanita sepertiku. Menjadi wanita yang selalu berusaha memperbaiki hati, memantaskan diri. Menjadi wanita kokoh yang bersikap keras dalam berjuang. Memperjuangkanmu apalagi. Tak peduli berapa sakit yang telah kau cipta. Tak peduli siapa yang kamu pilih untuk menitipkan hati. Percayalah, aku selalu ada untuk menjadi tempatmu pulang.

Ah namun cinta adalah pilihan. Dan aku tetap memilih disini. Dan kamu adalah pilihanku. Bagaimanapun keadaanmu, bagaimanapun hatimu, bagaimanapun rasamu padanya, aku tetap memilih kamu. Biar waktu yang menjawab. Biar waktu yang membuktikan betapa rasa ini sangat tulus. Tak akan ada cinta lain. Tak akan ada rasa lain. Percayalah. Karena kamu adalah jawaban atas segala doa. Semoga semesta selalu menjagamu. Sekali lagi, rasaku utuh untukmu.

Minggu, 07 Juli 2019

Mati Rasa Oleh Rasa yang Tak Pernah Hidup


Mencoba mencari celah agar sinar bisa menerangi
Mencoba mencari alasan tuk membuka mata dan hati
Memang belum saatnya ku berhenti
Memang sebuah keikhlasan sedang diuji
Meratap tangis sendiri disudut kamar ini
Inginku mengadu padamu
Betapa ketidak sengajaanmu telah membuat rapuh seorang wanita
Hari ini kau telah membuatku mati rasa
Tak ada tawa tak ada cahaya
Aku hanya butuh hadirmu untuk saat ini
Sekedar sapaan atau definisi rindu
Atau sekedar pengingat untuk berwudhu
Aku inginkan tanganmu menopang jatuhku kali ini
Aku inginkan telingamu untuk segala keluhku malam ini
Mungkin aku memang egois
Mengatakan ikhlas pada seluruh dunia
Namun dalam hati tak sanggup menerima lara
Kau pun tak perlu menerka
Mengapa malam ini aku berbeda
Tentu kau tahu jawabnya
Aku hanya sedang mengobati sendiri segala lara
Agar kamu tak kena imbasnya
Mungkin cukuplah sakit untuk hari ini
Agar kusegerakan pulih untukmu
Dan kembali mencintai dirimu, kembali