Sabtu, 03 Februari 2018
Majelis Cinta
Aku menyebutnya majelis cinta. Tempat kembali setiap insan setelah melakukan perjalanan sejauh apapun. Kehangatan yang tak pernah didapatkan ditempat yang lain. Peluk kasih yang tak tertandingi. Doa maha dasyat yang menyertai hidup. Doa yang setiap saat terucap dalam hati, pasti memohon untuk kebahagiaan putra putri terkasihnya. Kasih sayang yang tak akan ada habisnya. Selalu mengalir begitu saja, ikhlas tak terbatas.
Hanya ungkapan kecil dari banyaknya kehangatan yang didapat dari sebuah keluarga. Betapa keluarga mampu menjadi pundak dari setiap jiwa yang lelah. Menjadi peluk sangat hangat dikala butuh tempat mengadu. Selalu memancarkan kebahagiaan.
Mungkin tidak semua orang memahami betapa beruntungnya ketika masih diberi kesempatan untuk berada diantara keluarga. Berbagi cerita, berbagi rasa senang dan duka, bercerita tentang hal-hal konyol yang dilalui dalam sehariannya, bahkan bercerita tentang hal-hal tak penting sekalipun. Betapa Ibu dan Bapak memperhatikan setiap alunan cerita yang terucap dalam bibirku ini. Sungguh antusiasnya mereka mendengar cerita sehari-hariku.
Betapa Bapak selalu mencontohkan sikap spiritual yang baik untuk keluarganya. Bagi Bapak, keluarga akan mencontoh yang dia lakukan, bukan yang dia katakan. Bapak selalu mencontohan hal-hal baik dalam kehidupan, dengan harapan bisa menjadi teladan yang baik untuk keluarga. Bapak juga sering bernostalgia bersama keluarga. Dengan bangga dan dengan raut muka yang nampak ceria, Bapak menceritakan hal-hal yang dialami di masa kecilnya, perjuangan untuk bisa bersekolah, perjuangan berjualan kesana kesini saat masih sekolah, prestasinya dalam basket, bercerita pengalaman-pengalaman ketika awal bekerja, dan apapun hal terbaik dalam hidupnya. Bapak yang selalu marah ketika sholatku tidak berjamaah, ketika aku bolos ngaji, dan ketika aku bermalas-malasan dirumah.
Ibu yang lebih banyak bicara, yang selalu takut ketika aku ada didekat kompor, yang paling khawatir ketika aku belum ada dirumah disaat hujan deras, selalu takut ketika aku belum pulang saat jam sembilan malam, yang selalu panik saat maghrib aku belum pulang dari sekolah, dan alarm paling mujarab dalam hidupku. Ibu yang setiap pagi repot menyiapkan makan pagi untuk keluarga,menyiapkan bekal sekolahku, dan repot membangunkan keluarga dari mimpi indahnya. Sekilas memang terlihat biasa, tapi sungguh hal-hal itu yang akan kurindukan nanti.
Hari demi hari berlalu, dan tanpa kusadari usia mereka bertambah pula. Seakan-akan hari bersama mereka kulalui begitu cepatnya. Semoga Bapak dan Ibu panjang umur. Hal terbaik akan kulakukan untuk kalian. Selamat Ulang Tahun Ibu, Bapak. Terima kasih sudah mendidik kami di Majelis Cinta.... 01.01.2018 dan 23.02.2018
Avany Mahmudah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar