Jumat, 01 Februari 2019

Untuk Kamu, 4307

Nampaknya sudah dua tahun lebih sejak Desember 2016 kamu menjadi satu-satunya terkasih yang selalu ku damba. Yang selalu kukagumi dan selalu kusebut dalam permohonanku pada sang pencipta. Kamu indah dan kan selalu begitu.

Ketika tangan terlalu berat untuk menulis tentangmu, ketika hati terlalu rapuh untuk mengungkapkan keretakannya. Ketika rindu memuncak begitu saja. Ketika rasa ingin memiliki menjadi sebuah keegosian. Ketika rasa pedih menghantui relung hati. Namun hal itu kan terkalahkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan untuk mencinta. Karena sejatinya cinta adalah tentang keikhlasan dan kesabaran.

Aku ingin menjadi temanmu saja. Aku ingin selalu didekatmu ketika kau terjatuh. Aku ingin menjadi satu-satunya teman yang kan memberi pundak kala kau butuh sandaran. Aku ingin menjadi satu-satunya teman yang setia mendengarkan keluh kesahmu. Atau bahkan mendengarkan ceritamu tentang wanita yang kini tengah kau puja. Aku ingin selalu didekatmu. Walaupun hanya dikala rapuhmu. Dan aku berjanji tak akan ada kisah romansa antara kita. Karena aku ingin mencintaimu dengan dewasa, yang tak menyalahkan aturan-Nya.

Tak mengapa berbahagialah disana bersamanya. Aku pun turut bahagia karenamu dan dia yang bahagia. Namun izinkan aku selalu disini atas segala penantian. Jika kau memintaku untuk meninggalkan, sudah pasti aku tidak bisa. Biar waktu yang kan menjawab teka teki ini.

Telah lama tak menulis tentangmu bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Nampaknya banyak kisah yang ingin kuceritakan padamu. Namun kau pasti akan bosan pada cerita-ceritaku. Aku hanya ingin kamu dan aku berada pada hari dimana kita bisa saling bercerita, saling berbagi kekonyolan, berbagi cerita tentang mimpi, cita-cita, atau tentang cinta. Aku yang mencintaimu, dan kamu yang mencintainya. Pasti akan terjadi obrolan yang menyenangkan. Namun bagaimana hal itu bisa terjadi jika bertemu denganmu saja aku mendadak beku.

Rasanya ingin membunuh segala rasa yang menurutmu percuma dan membuang-buang waktu ini. Dan sudah jelas katamu kau tak menyukaiku. Tapi tenanglah, aku tak meminta kamu menyukaiku. Cukup kamu membiarkanku mencintaimu, adalah hal terindah yang kau beri untukku. Namun sungguh aku pun ingin melepaskan rasa yang menyiksa ini. Namun tak sekalipun aku berhasil walaupun telah kucoba dengan berbagai macam cara.

Maaf atas segala rasa yang berlebihan. Atas segala rindu yang kusimpan sendiri. Atas segala pengharapan yang seharusnya tak pernah ada. Atas segala penantian yang membuatmu merasa terganggu. Aku hanya ingin menjadi temanmu.



Kamu, nomor terakhir 4307

Tidak ada komentar:

Posting Komentar