Jumat, 28 Februari 2020

Tak Lagi Percaya


Sekarang aku percaya bahkan benar-benar percaya bahwa tidak ada yang tulus. Dia sama saja dengan segelintir orang dengan kepentingan masing-masing. Orang yang sangat kupercaya tak menjadi satu diantara mereka justru menjadi satu orang yang mencipta trauma paling dalam. 

Bahkan sampai kini akupun berusaha menepis segala duga itu. Namun nyatanya memang begitu. Ia hanya datang untuk dirinya. Bukan karena ketulusan. Ah persetan dengan jabatan.

Aku membenci, bahkan sangat membenci hal ini. Mungkin memang aku belum terbiasa dengan dunia kampus yang bisa dibilang gila jabatan ini. Tak adakah orang yang benar tulus?

Kukira semua akan baik-baik saja dengan kita yang tak pernah mempermasalahkan beda. Kukira surabaya kan menjadi saksi bahwa ada beda yang terabaikan.

Kukira selama ini dia tulus menyediakan kupingnya untuk mendengar segala resahku. Kupikir dia menganggap aku sebagai adik yang perlu bantunya sehingga dengan sabar ia berusaha selalu hadir ditengah hiruk pikuk kota ini. Aku terkecoh dengan segala baiknya.

Sungguh aku tak ingin membenci siapapun, termasuk dia. Bagaimana bisa aku membenci seseorang yang sudah sangat kupercaya? Aku tak mampu. Mungkin akan kusimpan kecewa ini, hanya untukku.

Dan kuabadikan kamu sebagai seorang yang pernah baik dan mengisi enam bulanku. Setelah ini, kuserahkan pada waktu.
 



Ditulis dini hari dengan luka dalam.

Minggu, 23 Februari 2020

Cerita Pertama


Setelah sekan lama aku menutup hati kepada setiap lelaki yang datang, kini aku menemukan sosokmu pada jiwa yang lain. Pada lelaki yang belum kukenal lama, namun telah meruntuhkan hati pada penjagaan rasa tentangmu. Ia yang perlahan mengetuk hatiku dengan kesederhanaannya. Hatinya yang tulus, raganya yang tak pantang menyerah, dan tuturnya yang lembut telah mengetuk pintu hati ini.

Dia lelaki yang akan menggantikan namamu pada setiap tulisanku. Suatu saat akan kukenalkan kamu dengan dia. Meskipun untuk saat ini aku masih melihat jiwamu pada jiwanya. Namun suatu saat kupastikan ia kan mengganti sosokmu yang dulu kuyakini tak tergantikan.

Akan kuceritakan padamu bagaimana ia sehingga mampu meluluhkan hati yang keras ini. Nampaknya sosok ini yang pernah kau cemburui dahulu saat masih bersamaku. Hahaha lucu bila diingat. Bagaimana kamu pernah merasa sakit hati tatkala aku lebih memilih mendengarkan curhatnya daripada mengangkat teleponmu. 

Tentunya kau tahu bagaimana batunya diriku, terlebih masalah hati. Dan tentunya ini bukan caraku untuk membalas segala sakit yang kamu buat. Kau pasti tahu aku tak pernah sejahat itu. Kini biarlah aku mencoba untuk melepaskan segala bayang tentangmu, akan kulukis bahagiaku bersamanya. Lelaki yang kan kutemani dalam berjuang, menggantikan sosokmu.


Sabtu, 15 Februari 2020

Tak Akan Bisa

"Tak akan bisa sungguh tak bisa, sekeras apapun ku tak bisa"

Ternyata aku tak bisa. Sekeras apapun aku ingin melepaskan, hatiku tetap kamu.
Memang kita tengah berjarak, namun jeda ini tak mengurangi sedikitpun rasa. Rasa ini begitu utuh, sempurna.

Tengah malam selalu membuat rindu semakin menjadi. Teringat kamu yang selalu minta dibangunkan pukul tiga, menasehati aku yang keras kepala, pun merancang masa depan bersama. Mungkin begitu candu.

Kau tahu betapa lara tatkala aku melihat perempuanmu itu? Aku tak bisa. Sekeras apapun aku ingin berbahagia atas bahagiamu itu, namun ini sungguh sulit. Sudah begitu keras aku ingin melupa, namun semakin aku berusaha semakin terjatuh pula.

Segeralah kembali. Kumenanti.

Jumat, 14 Februari 2020

Akan Kuceritakan Padamu

Aku belum siap membuka hati, pun tidak ingin menutup hati. Namun yang jelas luka lama itu masih membekas.
-Begitu Dalamnya-

Aku tak pernah menyesali hadirmu. Tiga tahun dengan proses yang begitu hebat, tak mungkin bisa terhapus begitu cepat. Namun aku sudah meng-ikhlas-kanmu. Biarlah, ikatan ini sudah lepas.
-Hancur-

Nampaknya ada hati baru yang tengah aku jelajahi. Oh bukan menjelajahi. Berkenalan lebih tepatnya. Aku sedang berkenalan dengan hati baru, dengan banyaknya beda. Tentu ini tak mudah.

Tapi tidak akan secepat itu ku berikan hati. Sudah kucoba, tapi tak mampu. Kupastikan tak ada hati yang terluka lagi. Entah hatinya, pun hatiku. Luka yang kamu cipta belum mengering, apalagi hilang. Tentu aku tak ingin mencipta luka untuk diriku ataupun dirinya.

Lelaki ini antik, kataku. Tak seperti kebanyakan lelaki yang kukenal sebelumnya. Aku mengaguminya, kau tahu?

Suatu hari akan kukenalkan kau padanya. Pada tulisan lain.