Sekarang aku percaya bahkan benar-benar percaya bahwa tidak
ada yang tulus. Dia sama saja dengan segelintir orang dengan kepentingan
masing-masing. Orang yang sangat kupercaya tak menjadi satu diantara mereka
justru menjadi satu orang yang mencipta trauma paling dalam.
Bahkan sampai kini
akupun berusaha menepis segala duga itu. Namun nyatanya memang begitu. Ia hanya
datang untuk dirinya. Bukan karena ketulusan. Ah persetan dengan jabatan.
Aku membenci, bahkan sangat membenci hal ini. Mungkin memang
aku belum terbiasa dengan dunia kampus yang bisa dibilang gila jabatan ini. Tak
adakah orang yang benar tulus?
Kukira semua akan baik-baik saja dengan kita yang tak pernah mempermasalahkan beda. Kukira surabaya kan menjadi saksi bahwa ada beda yang terabaikan.
Kukira semua akan baik-baik saja dengan kita yang tak pernah mempermasalahkan beda. Kukira surabaya kan menjadi saksi bahwa ada beda yang terabaikan.
Kukira selama ini dia tulus menyediakan kupingnya untuk
mendengar segala resahku. Kupikir dia menganggap aku sebagai adik yang perlu
bantunya sehingga dengan sabar ia berusaha selalu hadir ditengah hiruk pikuk
kota ini. Aku terkecoh dengan segala baiknya.
Sungguh aku tak ingin membenci siapapun, termasuk dia.
Bagaimana bisa aku membenci seseorang yang sudah sangat kupercaya? Aku tak
mampu. Mungkin akan kusimpan kecewa ini, hanya untukku.
Ditulis dini hari dengan luka dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar