Jumat, 28 Februari 2020

Tak Lagi Percaya


Sekarang aku percaya bahkan benar-benar percaya bahwa tidak ada yang tulus. Dia sama saja dengan segelintir orang dengan kepentingan masing-masing. Orang yang sangat kupercaya tak menjadi satu diantara mereka justru menjadi satu orang yang mencipta trauma paling dalam. 

Bahkan sampai kini akupun berusaha menepis segala duga itu. Namun nyatanya memang begitu. Ia hanya datang untuk dirinya. Bukan karena ketulusan. Ah persetan dengan jabatan.

Aku membenci, bahkan sangat membenci hal ini. Mungkin memang aku belum terbiasa dengan dunia kampus yang bisa dibilang gila jabatan ini. Tak adakah orang yang benar tulus?

Kukira semua akan baik-baik saja dengan kita yang tak pernah mempermasalahkan beda. Kukira surabaya kan menjadi saksi bahwa ada beda yang terabaikan.

Kukira selama ini dia tulus menyediakan kupingnya untuk mendengar segala resahku. Kupikir dia menganggap aku sebagai adik yang perlu bantunya sehingga dengan sabar ia berusaha selalu hadir ditengah hiruk pikuk kota ini. Aku terkecoh dengan segala baiknya.

Sungguh aku tak ingin membenci siapapun, termasuk dia. Bagaimana bisa aku membenci seseorang yang sudah sangat kupercaya? Aku tak mampu. Mungkin akan kusimpan kecewa ini, hanya untukku.

Dan kuabadikan kamu sebagai seorang yang pernah baik dan mengisi enam bulanku. Setelah ini, kuserahkan pada waktu.
 



Ditulis dini hari dengan luka dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar