Rabu, 22 Juli 2020

Menjadi Manusia




Dalam hidup selalu dihadirkan orang datang dan berlalu silih berganti. Bertemu banyak orang dengan karakter dan sifat masing-masing. Tentu tak semua dari mereka memiliki pandangan dan cara berpikir yang sama. Bahkan tak jarang terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain. Memang hal wajar ketika satu dengan yang lain memperdebatkan sesuatu yang berlainan, justru itu mendewasakan.

Berbicara mengenai kontak sosial, ada beberapa peristiwa yang menurut pribadi penulis memiliki makna yang kaya akan pelajaran. Dimana penulis yang saat ini sedang duduk di bangku perkuliahan atau disebut sebagai mahasiswa dalam beberapa peristiwa mengalami kejadian yang secara umum sering terjadi namun tak banyak yang menyadari. Yaitu mengenai penghargaan antar Manusia. Manusia disini mencakup semua orang, dengan segala latar Pendidikan, keluarga, ekononi, dan usia yang berbeda.

Setiap tua selalu meminta penghargaan oleh setiap yang muda, itu wajar. Dalam adat Jawa dikenal dengan istilah “Unggah Ungguh”. Dimana ada kedudukan berbeda dari yang tua sampai yang muda sehingga ada bahasa yang berbeda dalam berkomunikasi sesuai dengan usia. Namun Ketika penghargaan itu sudah diterima, membuat seseorang melupakan suatu ajaran Jawa lainnya yaitu “Adigang, adigung, adiguno”, dimana berarti jaga kelakuan, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latar belakang.

Dalam beberapa peristiwa kehidupan sehari-hari, tak jarang mereka yang memiliki kedudukan ataupun kekuatan merasa bahwa telah memiliki segala hal yang lebih daripada yang lain. Sehingga kurang menghargai orang-orang yang dirasa berada di bawahnya. Karena pemikiran ini sudah tertanam dengan kuat sehingga melekat pada setiap dari mereka.

Di era modern dengan kecanggihan akses informasi seperti ini, tentu kecerdasan maupun pengetahuan seseorang tak hanya terbatas dari usia. Karena setiap orang berhak dan mampu mengakses segala informasi dengan sangat mudah. Bila seseorang menganggap bahwa seorang siswa, atau mahasiswa adalah anak kecil yang tak harus ikut campur atau dianggap belum mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan orang tua dalam suatu urusan tentu itu adalah pemikiran yang kolot. Dimana orang-orang tersebut menganggap kecakapan hanya berdasar usia, sehingga anak muda sering diabaikan atau bahkan tak pernah dimanusiakan. Ini adalah pelajaran penting, memanusiakan manusia.

Hal tersebut tak terbatas pada perlakuan kaum tua, namun juga para pelajar yang merasa memiliki kelebihan dibanding yang lain. Tak ada salahnya bila seseorang unggul dalam suatu bidang, namun yang salah adalah menganggap bahwa ia lebih berharga dan lebih pintar dibanding yang lain. Tentu pemikiran tersebut yang akan membawa diri pada keangkuhan, dan kesombongan sehingga tidak menghargai seorang yang dianggap berada di bawahnya.

Adalah hal sederhana namun sangat berpengaruh. Memanusiakan manusia, sederhana namun sulit dalam praktik. Kita manusia, sudah seyogyanya menjadi manusia.


Sabtu, 18 Juli 2020

Mentor? Pentingkah?




Setiap orang tentu membutuhkan sesuatu yang bisa menambah motivasinya, atau setidaknya untuk menjaga agar semangat tidak turun ditengah jalan. Dan kalaupun turun tetaplah membutuhkan sesuatu yang senantiasa mengingatkan dan mengembalikan semangat itu. Terlepas dari peran kedua orang, keluarga, ataupun sahabat. Sesuatu tersebut adalah berasal dari seorang mentor.

Joe Hartanto pernah berkata “Dalam mewujudkan impian, anda perlu mempunyai keyakinan, strategi, dan “Persistence Action” (tindakan pantang menyerah ), tapi juga anda juga memerlukan mentor yang dapat membimbing dan dapat anda jadikan partner konsultasi di dalam perjalanan anda.”

Tentu dari sini kita dapat mengerti seberapa pentingnya seorang mentor. Dan menurut saya pribadi, mentor sangat berperan dalam menunjang kehidupan untuk menjadi lebih produktif dan optimis. Mentor tidak akan menyalahkan, namun ialah yang senantiasa memberi gambaran dan pilihan. Tapi tetap segala keputusan ada pada diri kita, tetap diri sendiri yang memiliki kuasa penuh. Mentor adalah seorang yang menurut kita memiliki kapasitas yang tepat untuk membimbing.

Namun untuk mencari dan mendapatkan mentor yang sesuai dengan diri, memang terlihat tidak begitu mudahnya. Setidaknya kita harus mengetahui kepribadian, dan kesibukannya. Jadi tidak asal untuk memilih. Pada dasarnya mentor adalah seorang yang dengan senang hati mau berbagi ilmu, mau membimbing, dan bangga melihat segala perubahan positif kita.

Mentor bukan hanya diartikan sebagai pembimbing dalam arti formal. Mentor bisa didapatkan dengan orang yang lebih tua (kakak kelas ataupun kakak tingkat) yang bisa kita anggap sebagai kakak sendiri, ataupun seseorang yang memiliki kemampuan dimana kita juga termotivasi untuk memiliki kemampuan tersebut. Banyak sekali yang bisa kita dapat bila memiliki mentor.

 “A mentor is someone who allows you to see the hope inside yourself.” — Oprah Winfrey

Mengapa?




Di dalam buku Start With Why karya Simon Sinek menjelaskan sebuah lingkaran yang disebut “Lingkaran Emas” dimana lingkaran tersebut memiliki tiga poros. Poros mulai dari yang terluar yaitu What (Apa), How (Bagaimana), dan Why (Mengapa).


Sumber: Google

Sebagian orang  sudah mengetahui apa dan bagaimana, namun masih sedikit diantara mereka yang mengerti makna “Mengapa”. Saya memberi contoh adalah keinginan seorang menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi. Tentu orang tersebut mengetahui apa yang ia inginkan? Tentu ia ingin menjadi mahasiswa berprestasi. Dan bila ditanya bagaimana ia dapat mencapai keinginan tersebut? Tentu akan dijawab dengan menjelaskan Langkah-langkah untuk menggapai keinginan itu, seperti mengikuti banyak lomba, konferensi, dan lain-lain untuk menunjang langkahnya. Namun tak jarang dari mereka mengetahui “Why atau Mengapa” ingin menjadi mahasiswa berprestasi.

Sebenarnya sederhana, sebelum melakukan suatu hal ataupun sebelum bermimpi setidaknya setiap dari kita harus memiliki alasan mengapa hal tersebut harus kita lakukan, atau mengapa hal tersebut menjadi mimipi yang harus kita kejar. Dan alangkah lebih baik bila alasan untuk melakukan hal-hal tersebut bukan semata-mata untuk diri sendiri, namun juga orang lain.

Tentu hal ini tak asing kita dengar sebelumnya, dimana dalam hidup setidaknya harus memberikan manfaat untuk orang lain. Karena hidup bukan hanya tentang aku atau kamu, namun juga mereka. Memang menumbuhkan niat dan konsisten dengan kebaikan adalah hal yang sulit dilakukan, namun alangkah sangat indah bila kita dengan ikhlas melakukannya.

Setidaknya dalam kehidupan sehari-hari, kita tahu dan paham alasan (why) kita melakukan hal tersebut. Sehingga segala kesibukan ataupun kegiatan yang kita lakukan tidak terbuang begitu saja, namun memiliki makna.

Setiap dari kita harus berani memiliki tujuan yang lebih besar daripada diri kita sendiri.