Dalam hidup selalu
dihadirkan orang datang dan berlalu silih berganti. Bertemu banyak orang dengan
karakter dan sifat masing-masing. Tentu tak semua dari mereka memiliki
pandangan dan cara berpikir yang sama. Bahkan tak jarang terjadi perselisihan
antara satu dengan yang lain. Memang hal wajar ketika satu dengan yang lain
memperdebatkan sesuatu yang berlainan, justru itu mendewasakan.
Berbicara mengenai
kontak sosial, ada beberapa peristiwa yang menurut pribadi penulis memiliki
makna yang kaya akan pelajaran. Dimana penulis yang saat ini sedang duduk di
bangku perkuliahan atau disebut sebagai mahasiswa dalam beberapa peristiwa
mengalami kejadian yang secara umum sering terjadi namun tak banyak yang menyadari.
Yaitu mengenai penghargaan antar Manusia. Manusia disini mencakup semua orang, dengan
segala latar Pendidikan, keluarga, ekononi, dan usia yang berbeda.
Setiap tua selalu
meminta penghargaan oleh setiap yang muda, itu wajar. Dalam adat Jawa dikenal dengan
istilah “Unggah Ungguh”. Dimana ada kedudukan berbeda dari yang tua
sampai yang muda sehingga ada bahasa yang berbeda dalam berkomunikasi sesuai
dengan usia. Namun Ketika penghargaan itu sudah diterima, membuat seseorang
melupakan suatu ajaran Jawa lainnya yaitu “Adigang, adigung, adiguno”,
dimana berarti jaga kelakuan, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan,
ataupun latar belakang.
Dalam beberapa peristiwa
kehidupan sehari-hari, tak jarang mereka yang memiliki kedudukan ataupun
kekuatan merasa bahwa telah memiliki segala hal yang lebih daripada yang lain. Sehingga
kurang menghargai orang-orang yang dirasa berada di bawahnya. Karena pemikiran
ini sudah tertanam dengan kuat sehingga melekat pada setiap dari mereka.
Di era modern dengan
kecanggihan akses informasi seperti ini, tentu kecerdasan maupun pengetahuan
seseorang tak hanya terbatas dari usia. Karena setiap orang berhak dan mampu
mengakses segala informasi dengan sangat mudah. Bila seseorang menganggap bahwa
seorang siswa, atau mahasiswa adalah anak kecil yang tak harus ikut campur atau
dianggap belum mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan orang tua dalam
suatu urusan tentu itu adalah pemikiran yang kolot. Dimana orang-orang tersebut
menganggap kecakapan hanya berdasar usia, sehingga anak muda sering diabaikan
atau bahkan tak pernah dimanusiakan. Ini adalah pelajaran penting, memanusiakan
manusia.
Hal tersebut tak
terbatas pada perlakuan kaum tua, namun juga para pelajar yang merasa memiliki
kelebihan dibanding yang lain. Tak ada salahnya bila seseorang unggul dalam
suatu bidang, namun yang salah adalah menganggap bahwa ia lebih berharga dan lebih
pintar dibanding yang lain. Tentu pemikiran tersebut yang akan membawa diri
pada keangkuhan, dan kesombongan sehingga tidak menghargai seorang yang dianggap
berada di bawahnya.
Adalah hal sederhana namun sangat berpengaruh. Memanusiakan manusia, sederhana namun sulit dalam praktik. Kita manusia, sudah seyogyanya menjadi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar